Denpasar, Jurnal fresh — Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar menggelar ‘dialog seputar sastra Bali modern dan anugerah Rancage’.
“Kegiatan yang akan digelar Sabtu (30/1) menampilkan dua pembicara yakni sastrawan I Gede Gita Purnama dan pemerhati sastra I Gede Gita Purnama akan berbagi pandangannya seputar buku ‘Ngurug Pasih’ yang meraih Hadiah Sastra Rancage tahun 2015,” kata kata Penata Acara tersebut Juwitta K. Lasut, kepada wartawan, di Denpasar, Kamis (28/01).
Dialog yang melibatkan seniman, budayawan dan berbagai elemen masyarakat mengulas perihal peranan dan posisi hadiah Sastra Rancage dalam kehidupan sastra berbahasa Ibu di Indonesia, khususnya sastra Bali modern.
Putra Ariawan juga akan berbagi proses kreatifnya menulis buku kumpulan cerpen Ngurug Pasih (menimbun laut).
Sastrawan yang juga pengajar di SMA Negeri 1 Kediri Tabanan, I Gede Putra Ariawan, telah menekuni proses penulisan kreatif semenjak menempuh studi di Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Perguruan Tinggi Undiksha, Singaraja (2006-2010).
Karya-karyanya berupa puisi, cerpen, opini, dan artikel pendek pernah dimuat di majalah Ekspresi, Satua, dan Bali Post. Buku perdana yang diterbitkan berupa kumpulan cerpen berbahasa Bali Ngurug Pasih (menimbun laut) mendapat penghargaan Sastera Rancage 2015 dari Yayasan Kebudayaan Rancage di Bandung.
“Ngurug Pasih” (Menimbun Laut) terbit 2014 (Pustaka Ekspresi) memuat 15 cerpen berbahasa Bali: Ajeg Bali, Kekupu, Museum, Engkebang Bulan, Kado, Kode Alam, Ngurug Pasih, Padine Mentik di Tanah Wayah, Pekak Kaung, Sanggah, Car Free Night, Taluh Semuk, Kaliwat Tresna, JKBM, dan Langsung Sing Langsung.
Ke-15 cerpen dalam buku Ngurug Pasih sebagian besar bertema sosial yang menekankan pada satire atas gejala-gejala sosial masyarakat Bali. Cerpen Ngurug Pasih misalnya, menggambarkan penjualan habis tanah-tanah di Bali untuk villa dan bangunan-bangunan pariwisata.
Cerita ini juga menggambarkan adanya peubahan-perubahan nilai akibat globalisasi, antara menjaga kearifan lokal Bali dengan nilai-nilai baru yang akibat hadirnya pariwisata selama ini.
Sementara itu, pemerhati sastra, I Gede Gita Purnama, akan mengulas seputar buku Ngurug Pasih, namun juga mempertajam gagasan perihal peranan anugerah sastra Rancage dalam perkembangan sastra Bali modern, termasuk mendorong lahirnya karya-karya sastra berbahasa Ibu, tak terkecuali bahasa Bali.
Selama ini, I Gede Gita Purnama aktif dalam berbagai upaya pelestarian bahasa Bali, termasuk bergabung dalam Aliansi Peduli Bahasa Bali, sebuah organisasi sosial yang bergerak dalam bidang pelestarian dan pengembangan Bahasa Bali.
Selain menjadi kontributor rubrik berbahasa Bali di Bali Orti (koran Bali Post) dan Media Swari (Pos Bali), ia juga editor serta penulis dalam beberapa buku diantaranya, “Dendang Denpasar Nyiur Sanur” (kumpulan puisi), “Denpasar lan Don Pasar” (Kumpulan puisi), “Wayan Bratha, Seniman Kelas Dunia” (biografi seniman Bali), “Angripta Rum” (Kumpulan cerpen bahasa Bali), “Smara Reka” (kumpulan puisi bahasa Bali). Alumnus Fakultas Sastra Universitas Udayana ini kini juga merupakan pengajar di IHDN (Institut Hindu Dharma Negeri) Denpasar.
(Ferro Maulana)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar